I Can Speak Movie Review Film yang mengangkat isu perbudakan seks di zaman penjajahan Jepang di Korea

Annyeonghaseyo yeorobun. Happy weekend day.
Balik lagi sama Aku. Kali ini seperti judulnya, Aku mau review film Korea nih. Entah kenapa Aku prefer film Korea tuh yang macem gini loh. Genrenya drama tapi bukan cinta²an. Oke, sebelum beranjak pada review ala kadarku. Mari kita simak daftar pemainnya dan sinopsis kuy.
Judul: I Can Speak
Sutradara: Kim Hyun Seok
Penulis: Yoo Seung Hee, Kim Hyun Seok
Produser: Lee Ha Young, Kang Ji Yeon
Tahun rilis: 21 September 2017
Genre: Drama
Distributor: Lotte Entertainment
Bahasa: Korea
Negara: Korea Selatan
Pemeran:
1. Lee Je Hoon sebagai Park Min Jae
2. Na Moon Hee sebagai Na Ok Boon
3. Sung Yoo Bin sebagai Park Young Jae
Awards:
Blue Dragon Film Awards 2017: Best Director, Best Actress (Na Moon-hee ), Popularity Award (Na Moon-hee )
The Seoul Awards 2017: Best Actress (Na Moon-hee )
Ini memang drama tahun lalu sih, cuma Aku baru nonton hari ini. Jadi, gak papa sih ya. Pastinya udah banyak yang nge-review juga, cuma rasanya senang aja gitu. Bisa menuliskan film bagus untuk di-review.
Aku kira film ini cuma bakal bercerita tentang seorang pemuda pegawai sipil dan seorang nenek yang banyak mengeluhkan banyak masalah di kantor lalu berakhir dengan adanya kisah sedih di dalamnya. Namun, wah Daebak! Ternyata kisah ini diambil dari kisah nyata. Tentang seseorang perempuan yang berani menyuarakan kebenaran dan keadilan. Masalahnya adalah ternyata sangat complicated. Karena mengangkat kisah sejarah juga.
Seperti yang kita ketahui sih ya, Korea Selatan juga merupakan negara yang pernah dijajah Jepang. Dan film ini benar² mengangkat isu atau tema budak prostitusi yang diperlukan semena-mena oleh militer Jepang pada masa itu. Sebelum beranjak pada kisah yang ternyata berakhir dengan tema berat ini, mari kita ikuti kisah awalnya yang penuh kelucuan.
Film ini berawal dengan disuguhkannya berbagai masalah keluhan yang terjadi di sekitar lingkungan Na Ok Boon, seorang nenek yang dijuluki dengan Nenek Hantu. Karena sering kali menghantui para pegawai negeri sipil akan masalah² lingkungan di daerah Ia tinggal. Ia mencari setiap masalah dengan berkeliling dan setiap harinya dengan gigih mengadukan masalah² tersebut. Namun ada yang berbeda, Park Min Jae seorang Pegawai negeri sipil baru dari tingkat 9 yang dipindah tugaskan di distrik atau daerah tersebut berani melawan Nenek Ok Boon dengan menyatakan bahwa segala pengaduan harus sesuai prosedur.
Nenek Ok Boon pun akhirnya mengikuti prosedur untuk mengadukan masalah² pada pegawai negeri sipil. Wah, Aku sendiri pun kalau ada diposisi para pegawai sipil bakal cukup gerah sih sama sikap dan tingkah laku Nenek Ok Boon. Karena rasanya ada saja penambahan beban masalah yang terus diadukannya. Masalah yang paling disoroti untuk diadukan oleh Nenek Ok Boon ini adalah pembangunan ulang bangunan baru dengan merobohkan bangunan lama, yang saat itu pun masih banyak penyewa bangunan yang masih berjualan di sana. Intinya, Nenek Ok Boon ini ingin keadilan. Padahal, bangunan yang akan dirobohkan dan dibangun ulang itu pun tidak termasuk bangunan miliknya. Ia sendiri adalah penyewa kios Taylor di depan bangunan yang akan dirobohkan dan dibangun ulang itu.
Ternyata pula, ada kisah lain dimana si Nenek Ok Boon ini ingin belajar bahasa Inggris. Ia mengikuti berbagai kelas bahasa Inggris. Namun karena Ia satu²nya murid yang sudah lanjut usia, membuatnya kesulitan menyesuaikan diri dengan murid² lain di kelas. Hingga akhirnya ia tak sengaja melihat Park Min Jae (Lee Je-Hoon) sedang bercakap menggunakan bahasa Inggris dengan lancar dengan seorang asing pula. Nenek Ok Boon pun bertekad untuk meminta bantuan pada Min Jae agar Ia mau mengajarinya belajar bahasa Inggris.
Singkat cerita kalian bisa tonton filmnya saja ya. Enggak enak dong kalau Aku spoiler dan ceritakan semuanya di sini. (Padahal alibi males ngetik wkwk) Apakah Min Jae akhirnya mau menerima dan mengajarkan Nenek Ok Boon bahasa Inggris atau tidak. Lalu kaitannya dengan pembukaan awal tentang perbudakan seks di zaman Jepang apa dong? Nah penasaran kan? Makanya tonton dan simak aja filmnya. Dijamin seru B.G.T.
Aku masih salut aja sih, Negara Indonesia ini kan bukan satu-satunya negara yang pernah dijajah Jepang. Tapi untuk isu sejarah yang sensitif macam begini tuh, masih kayak terlalu tabu untuk diangkat di layar lebar. Atau emang Akunya aja yang terlalu kudet dengan film2 sejarah negara sendiri? Entahlah. Tapi maksud Aku gini loh. Film-film yang mengangkat tema sejarah kayak gini, terlalu disuguhkan dengan film yang membosankan untuk di tonton anak muda dan generasi kita. Karena apa? Karena film yg mengangkat tema sejarah terlalu baku diceritakan dalam film. Coba deh, ada direktor film yang bisa atau penulis naskah film Indonesia yang bisa mengangkat film Indonesia tentang sejarah tapi gak bikin bosen. Karena jangan semuanya tentang sejarah gitu loh. Orang juga bete kalau tau, "Ah elah, ini mah film sejarah. Bete nontonnya. Paling juga ada di pelajaran sejarah."
Contoh kecilnya kayak film Titanic deh. Nah film Titanic ini kan sebenernya cerita yang pengen diangkat adalah tentang gimana akhirnya dimana kapal terbesar yang diagungkan pada masa itu, yang katanya gak bakalan pernah bisa tenggelam tapi akhirnya ternyata tenggelam² juga. Tapi ceritanya dibalut dengan apik dengan intrik romansa yang ditonjolkan dominan di film itu. Jadi, orang juga gak bosen sama sekali nontonnya.
Oke, back to I Can Speak movie. Banyak banget pelajaran yang bisa kita ambil dari sini. Dimana ternyata dibalik setiap tindakan Nenek Ok Boon ini, kita belajar banyak hal. Nenek Ok Boon yang cerewet tentang keluhan itu sebenarnya punya alasan tersendiri kenapa dia demikian. Kita juga belajar dimana kebaikan nenek Ok Boon yang akhirnya menggerakkan hati seorang Park Min Jae. Asli sih ini film kesekian kalinya yang buat Aku begitu emosional dengan banjir air mata. Kisahnya yang mengangkat isu menegakkan keadilan dengan berani berbicara. Seperti judul filmnya I Can Speak, pada akhirnya kalian juga akan mengerti kenapa film ini diberi judul itu.
Untuk kisah cintanya disini emang terbilang sedikit sih, malah bisa dibilang gak ada. Kecuali bagian lucu dimana si Cewek ke-GR-an aja wkwk. Tapi asli deh, film bagus dan seru tuh gak selalu tentang percintaan tau. Sekali-kali tonton film macem begini dijamin seru. Dan feel emosionalnya dapet banget deh. Apalagi kalau kalian juga nonton drama Mr. Sunshine. Hmm, Aku gak bakal bahas drama itu disini sih karena bakal panjang lebar banget jadinya tulisan ini. Dan Aku udah mulai capek ngetiknya wkwk. Lagipula Aku belum kelar nonton dramanya, masih pada episode 16 dari 24 episode. Siplah, abis ini mau lanjut maraton drama Mr. Sunshine lagi. Insyaallah Aku bakal review juga mungkin kalau udah selesai nonton dramanya. Tapi gak janji ya, soalnya Aku Mageran orang nya wkwk.
So, overall film ini sangat recommended untuk ditonton. Aku baca beberapa review juga, menurutnya film ini tidak begitu layak untuk ditonton anak-anak karena temanya yang berat di akhir film. Tapi menurut Aku pribadi, film ini cukup worth it dan gak ada salahnya untuk ditonton oleh semua kalangan umur. Tapi mungkin mulai dari 13+ aja ya. Apaan sih gue labil wkwk. Kalau gitu, demikian review film I Can Speak dariku. Aku akhiri dengan Kamsahamida. Annyeong

Comments