Review: Mencari Makna Kehidupan dalam Keluarga Lewat Film Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini

Aku pernah membaca sebuah artikel sebuah blog. Di sana sang penulis mengatakan kesalahan yang biasanya diperbuat oleh blogger pemula adalah lebih banyak menceritakan sesuatu tentang dirinya daripada berfokus pada konten. Ya, tidak ada yang salah dengan itu, jika memang tujuan seseorang tersebut membuat blog adalah mencari pengunjung agar atau menulis sambil menyelam minum air, alias dapat berbisnis dari menulis. Tapi, sepertinya aku tidak cocok untuk merambah dunia kesukaanku dalam mengutarakan perasaan lewat tulisan harus dibatasi. Balik lagi, tujuanku membuat blog memang bermula karena aku suka menulis untuk mengutarakan perasaan dan apa yang kupikirkan dalam benak.

Jadi, buru-buru deh kamu jauh-jauh dari blog ini dan tidak melanjutkan bacaan ini, karena sepertinya gaya berceritaku melalui tulisan masih belum menemukan titik cerah. Alias ngebosenin. Tapi, kalau kamu masih penasaran atau malah tidak punya pilihan lain selain membaca tulisan ini hingga akhir, jangan menyesal ya.

Cukup udah basa-basinya. Aku mau mengulas sedikit tentang film yang baru saja kutonton. Sesuai judulnya, film yang mengudara Januari 2020 ini mungkin sangat telat untuk kutonton saat pandemi gini. Cerita sedikit, selain nonton drama korea aku juga gak pernah benar-benar meninggalkan film atau serial dari negeriku sendiri kok. Aku tetap menyukai tontonan asal Indonesia. Apalagi, sebenarnya masih banyak film-film Indonesia yang punya kualitas bagus dan dengan jalan cerita yang bagus pula. Contohnya, film NKCTHI ini.

Sebelum NKCTHI diangkat ke layar lebar, aku memang sudah mendambakan untuk memiliki dan membaca buku karya Marcella F yang satu ini. Tapi, gak pernah kesampaian, sampai akhirnya kudengar kabarnya, bahkan bukunya akan difilmkan. Sialnya lagi, aku juga gak bisa nonton saat film ini ditayangkan di bioskop. Gak perlu kujabarkan juga alasannya kenapa.

Sebelum beranjak pada ulasan yang sesungguhnya dariku mengenai film ini. Aku mau ungkapkan sebuah pengakuan terlebih dahulu. Entah kenapa, setelah lebih banyak menonton serial drama Korea, drama Asia lainnya, dan juga serial Barat, terutama aku jadi sangat membandingkan film-film atau serial Indonesia dengan tontonan yang lebih sering kutonton, yaitu Korea. Perbandingan ini bukan untuk mencari siapa yang lebih baik, ini hanya ungkapan dari pandanganku pribadi. Drama Korea atau film-film Korea Selatan lebih banyak menampilkan adegan ketimbang banyak dialog. Entah kamu yang menyaksikannya juga menyadari hal itu atau enggak. Sedangkan serial Indonesia atau filmnya malah sebaliknya­. Maksudnya film Indonesia atau serialnya lebih banyak menggunakan dialog dalam setiap adegan. I mean, it’s not bad. Tapi, entah kenapa aku jadi lebih nyaman dengan adegan ketimbang hanya kata-kata (maksudnya aksi yang punya makna-jadi biarkan penonton yang memaknai setiap adegan ketimbang terang-terangan dijelaskan oleh tokoh). Aku merasa, kesannya film-film Indonesia dengan banyaknya dialog itu terkesan lebih menggurui dan itu sedikit menggangguku.

Udahlah curcol mengenai unek-uneknya. Lanjut ke ulasan aja, cuss!

Sebelum ke bagian bagus atau terbaik dari film ini, mari kita menuju kejanggalan-kejanggalan yang cukup menggangguku saat menonton film ini.

  • Peran Tokoh

Aku agak geregetan dengan tokoh Ibu dari tiga anak ini (sementara ini mari tuliskan Ibu Ajeng punya tiga anak). Tokohnya yang cukup menggangguku adalah karakternya yang hanya diam saja di setiap adegan genting. Maksudku, kenapa Ibunya selalu jadi sang pengamat di saat suaminya mengomel atau melakukan tindakan semaunya dan memaksakan kehendaknya? Aku yang nonton jadi geregetan sendiri. Seakan tokoh Ibu ini dibuat terlalu lemah sedangkan suaminya adalah lelaki dominan di keluarga. Ya, mungkin itu bagian dari cerita si penulis.

Peran tokoh Aurora sebagai anak kedua yang selalu terlihat tidak mau tahu. Berhentilah bersikap dan bertindak seakan kamu hanya satu-satunya korban di keluargamu. Mungkin, kamu memang tersakiti, merasa tak pernah dianggap karena posisi sebagai anak tengah. Padahal kamu juga gak pernah tahu apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh keluargamu. Adikmu juga punya kegelisahannya sendiri, abangmu pun demikian.

  • Permasalahan yang Didramatisir

Hei, Awan Cuma jatoh keserempet motor. Lukanya pun hanya membekas di dengkul. Tapi, Ajeng, ibunya sampai nangis histeris menggotong Awan ke dalam mobil sampai trauma mengendarai mobil. Ya, ya, aku tahu adegan ini hanya salah satu contoh sifat protektif keluarga Awan (khususnya Ayah dan Ibunya, Angkasa juga sih) terhadap Awan. Kukira alasannya Cuma karena Awan adalah anak paling bontot, makanya paling disayang. Nyatanya, ada alasan tersembunyi yang baru kuketahui pada sekitar setengah jam lagi film akan berakhir.

  • Adegan Klise

Pertemuan Kale dengan Awan di acara konser. Sebenernya gak terlalu menggangguku sih. Karena walau awal mereka berkenalan sangat klise, aku cuma tersenyum menontonnya. Gak sampai yang buat aku menontonnya cringe sendiri.

Sedangkan banyak hal baik yang bisa dibahas mengenai film ini.

  • Tema Keluarga

Film bertema ini, sudah sering bermunculan memang dalam film Indonesia. Tapi, yang benar-benar dapat mengemas film ini menjadi film drama keluarga versi lebih spesial dan sangat baik adalah film ini bahkan membahas peranan setiap anggota keluarga dalam rumah. Bukan hanya peranannya, tapi juga pergolakan batin masing-masing tokoh dan juga konflik internal yang berasal bahkan dari keluarga mereka sendiri.

  • Pelajaran Mengenai Kehidupan

Untuk menjadi anak yang pintar dan baik, setiap orang dapat mempelajarinya. Tapi, satu yang selalu manusia lupakan sebagai individu, sayangnya kita hidup dalam dunia ini hanya sekali. Kita hanya sekali menjadi anak, menjadi kakak, menjadi adik, menjadi ibu, dan menjadi bapak. Jadi, wajar saja kalau kita pasti membuat kesalahan. Kita gak pernah bisa selalu membuat orang lain senang akan perilaku kita, bahkan saat kita menganggap sudah melakukan yang terbaik sekalipun.

  • Soundtrack yang Mengena

Bagiku, soundtrack film terbaik sepanjang aku menonton berbagai film-film Indonesia. Soundtrack lagunya bahkan punya makna dalem banget.

kapan terakhir kali kamu dapat tertidur tenang? Tak perlu memikirkan tentang apa yang akan datang. Di esok hari.

....

“putra-putri sakit hati. Ayah ibu sendiri. Komitmen lama mati. Hubungan yang menyepi.

....

“kita semua gagal. Ambil sedikit tisu. Bersedihlah secukupnya”.

Secukupnya-Hindia.

  • Konflik Pecah

Banjir air mata aku menontonnya, saat konflik makin memuncak. Tepatnya, saat akhirnya Aurora angkat suara, meluapkan setiap emosi dan unek-uneknya yang terpendam dalam dirinya pada keluarganya. Disusul dengan pengakuan Angkasa yang cukup menjawab semua pertanyaanku yang mengganjal di awal film. Tak disangka? Ya, jelas (setidaknya bagiku, ya). Penggambaran emosi yang meluap dan membuat menyesakkan dada. Tes-tes, beiringan air mata turun membasahi pipiku, hingga air dari hidung ikut-ikutan ingin keluar (dibaca ingus) haha.

Bagian kelima mungkin sedikit spoiler. Bagi yang gak suka spoiler lebih baik longkapi membaca bagian kelima dan langsung beralih membaca paragraf setelahnya. (setidaknya aku sudah memperingatkan, oke).

  • Kata-Kata Penyemangat nan Puitis

Bahkan untuk debut Ardhito Pramono dalam film yang berperan sebagai Kale punya porsi peran yang menurutku pasti pernah kita temui dalam hidup. Saat Awan punya masalah dan bercerita padanya mengenai masalahnya itu, Kale bak malaikat, si pendengar yang baik, dan juga penasihat yang baik yang selalu menghibur Awan dan berada di sisi Awan. Tapi, saat akhirnya terlontar pertanyaan Awan mengenai hubungan mereka? Kale hanya berkata tidak bisa lebih daripada friendzone dengan dalih tidak ingin ikut andil dalam membahagiakan orang lain (tentu aja di sini maksudnya Awan). Hanya satu kata yang pantas dikatakan pada Kale, BERENGSEK! Cowok PHP ya model Kale ini wkwk.

Lebih seru untuk tahu bagaimana emosi kamu diaduk-aduk adalah dengan menonton filmnya. Bagi yang belum menonton filmnya di bioskop, silakan cari deh film ini di platform digital kesayangan kamu. Karena filmnya sangat bagus untuk ditonton. Bagi yang sudah menontonnya, bagaimana pendapatmu mengenai film yang satu ini? Tidak sependapat dengan opiniku silakan tinggalkan opinimu di kolom komentar. Atau kita satu tim alias sependapat dengan ulasanku juga ikut komentar boleh banget.

Aku akhiri, terima kasih sudah membaca dan sampai bertemu di tulisanku lainnya.


Comments