Bagaimana Harimu?

Hi, it's me. Your Brightness, Mint Chocolate. Okay, too cringe to introduce my self with that names.


Apasih yang dicari dalam kehidupan ini ketika usiamu sudah menginjak dua puluh tahunan? Kadang saya juga seperti manusia pada umumnya yang sering sekali insecure dan mempertanyakan hidup untuk sukses dan bahagia. Walau berkali-kali saya pernah membaca dan mendengar perkataan bahwa bahagia itu kita yang buat, bukan orang lain. Hey Dude, ngomong sih enak. Kenyataannya terlalu banyak hal yang diekspektasikan dalam hidup yang gak berjalan sesuai ekspektasi buat itu jadi makin sulit.

Tapi, ingin disangkal bagaimanapun juga, begitulah hidup. Kita gak pernah bisa selalu berharap semua berjalan lancar sesuai keinginan dan ekspektasi kita. Begitulah hidup, kadang sedih, tapi juga pasti ada bahagianya, bahkan untuk hal-hal kecil. Seperti dimana hari sedang terasa begituberat akan suatu masalah, hanya karena ada satu orang yang memuji penampilanmu yang baik hari ini, dapat menyunggingkan senyum di wajah kita. Sederhana, tapi pujian terkadang sangat dibutuhkan dalam hidup. 

Begitu banyak hal sudah kita lewati dalam hidup. Saya tentu berkali-kali juga rasanya ingin menyerah akan hidup. Lelah dengan semua penat yang melanda. Tapi, berkali-kali juga akhirnya bangkit kembali. Lagi-lagi, terkadang hanya karena hal kecil. Atau mengingat hal-hal yang disukai untuk dilakukan setiap harinya di esok hari membuat saya akhirnya sadar, sedih gak perlu berlarut-larut. Sedih boleh kok dan itu sangat wajar. Merasa masalah kita adalah yang paling berat, sedangkan orang lain tampak mudah melewati hidup mereka dengan senyum yang tergambar di wajah mereka setiap saat. Tapi, beneran deh, membanding-bandingkan hidup dengan orang lain gak akan pernah ada habisnya.

Pada akhirnya, saya memilih untuk tetap menjalani hidup karena hal-hal kecil yang saya sukai dan memikirkan kembali, bagaimanapun juga begitu banyak hal bahagia juga yang telah saya lalui. Apalagi keinginan untuk membahagiakan orang tua dan keluarga yang masih belum tercapai, saya gak ingin mengakhiri hidup saya dengan sia-sia.

Ketika saya masuk kelas dan menanyakan pada siswa-siswi saya tentang cita-cita mereka. Satu hal yang saya pelajari dan analisis. Dari rata-rata SMA kelas sepuluh mostly akan menjawab dengan berbagai macam cita-cita dan harapan mereka dengan antusias dan bahagia. Saat saya tanyakan hal yang sama di kelas sebelas, kadar antusias mereka untuk menyebutkan cita-cita mereka mulai menurun. Dan yang lebih membuat ironi adalah saat saya memasuki kelas dua belas lalu mengajukan pertanyaan yang sama, hanya segelintir siswa yang menjawab cita-cita mereka dengan menggebu-gebu. Kebanyakan malah bingung dengan cita-cita yang hendak mereka raih setelah lulus nanti. Bahkan untuk pertanyaan sederhana seperti, "apa hobimu?" banyak juga yang memutar otak untuk menjawab pertanyaan yang sejak SD sering jadi pertanyaan di fail binder. (Maksudnya isi biodata kayak Mifa, Mafa, hobi, cita-cita di fail temen itu loh haha).

Hal yang saya tangkap dan saya analisis dari pertanyaan yang iseng-iseng aja saya tanyakan pada mereka adalah bahwa semakin bertambahnya usia, kita semakin meredam hal apa yang ingin kita raih dan mempersempit cita-cita karena semakin sadar bahwa gak mungkin untuk dapat mencapainya. Menyedihkan. Tapi, itulah yang terjadi. 

Namun, satu hal yang ingin saya tekankan di sini dari penyampaian saya ini adalah bahwa Gak papa kok kita cuma hidup biasa-biasa aja. Kadang mungkin terasa berat banget melaluinya. Bukan berarti hidup kita gagal hanya karena orang lain terlihat lebih sukses dan lebih bahagia dari kita. Mari ubah mindsetnya, kalau orang lain aja bisa, kenapa kita gak bisa?

Comments