Dream


Hei, sudah berabad-abad rasanya aku tidak  menyentuh
keyboard-ku untuk menulis. Menorehkan tulisan tak pernah jelas di blog pribadiku. Tapi, ini sudah sangat menggangguku hingga harus kucurahkan di sini. Baiklah, mungkin ini akan terdengar sangat klise. Sespesial apa sih dirinya hingga beberapa tulisanku harus mengenai dirinya?

Menyebalkannya adalah ia harusnya hanyalah masa lalu dan akan selalu begitu, setidaknya hingga detik ini. Tapi, lagi-lagi dia berbuat ulah. Ia merusak masa depan impianku. Sebenarnya tidak separah itu sih. Ih, hanya aja ini sungguh menggangguku.

Aku harap ia tidak pernah mampir iseng-iseng membaca blogku dan menyasar menemukan tulisan ini. Karena terakhir kali ia membacanya, ia ke-GR-an parah!

Jadi, beginilah kronologis singkat mengapa kubilang ia mungkin saja merusak impian masa depanku. Habisnya, dari sekian banyaknya manusia tepatnya lelaki yang kutemui seumur hidupku, mengapa harus ia yang hadir dalam mimpiku? Sialnya lagi esok harinya, tepatnya dini hari saat kuterbangun, aku tak bisa berhenti memikirkan mimpi itu. Mimpi dimana ia hadir di dalamnya. Memberiku buncahan sengatan kupu-kupu terbang seperti kalimat-kalimat yang sering kubaca di novel. 

Arghhhhhhh!!! 

Lagi pula kenapa hari-hari sebelumnya ia harus kembali mengusik hidupku sih? Kalau akhirnya ia hanya akan menjadi kenangan, mengapa harus muncul ke permukaan kembali? Cerita ini bermula sejak beberapa hari lalu, tiba-tiba dengan gabutnya-ya aku menyebutnya gabut karena apa lagi alasan jelasnya-ia meneleponku via WhatsApp. Ya ampun, ya ya ya, aku tahu hei, kenapa juga hanya dengan satu panggilan telepon tak terjawab olehku dapat membuatku sebegitu gelisahnya? Jawabannya pun aku bingung. Aku tak tahu. 

Perasaan terkadang seabstrak itu. Tidak dapat kuterka sesuai keinginan benakku. Kalau aja di hatiku merupakan malaikat baik dan malaikat jahat di dalamnya seperti visualisasi di sinetron-sinetron Indonesia, mungkin saat ini lah mereka sedang bertengkar. Saling beradu argumen untuk membujukku dan meyakinkanku mana yang tepat dan benar. 

Dia pernah berkata, saat kutanya bagaimana tanggapannya saat membaca tulisanku, ia mengatakan, "tulisanmu terlalu banyak menggunakan kata yang asing kudengar" kala itu tulisan yang ia baca kebetulan memang tentang feminisme. So, it's make a sense. Tapi, makna tersirat yang kutangkap, namun tak pernah terucap dari bibirnya adalah tulisanku sangat membosankan

Abaikanlah bagaimana gaya bahasaku bercerita. 

Skip! Mari lanjut ke mimpi menyebalkan dan efeknya setelah kuterbangun. 

Jujur aja, di mimpiku ia tidak semenyebalkan seperti deskripsiku sebelumnya mengenainya. Hanya aja kubilang menyebalkan karena efek setelahnya adalah aku terngiang-ngiang oleh mimpi yang bahkan, oh God cuma mimpi! Dia hadir dengan penampilan lebih baik, tepatnya rasanya ia setingkat lebih tampan dari biasanya. Iyuh, bagaimana bisa aku mendeskripsikannya sejelas itu? Ia mempunyai postur tubuh yang lebih tinggi dari biasanya dibandingkan terakhir kali aku bertemu dengannya. Ia mempunyai senyum yang menawan di mimpiku. 

Baiklah, kita sudahi pendeskripsian yang ingin membuatku muntah bisa seterang-terangan itu memujinya dengan sebagus you know i what i mean

Aku sampai berpikir, hei, apakah ini akibat terlalu lama menjomblo? Sial! Semenyedihkan itukah gue? Jadi, jalan terbaiknya adalah aku harus menanamkan dalam benakku bahwa itu hanya bunga tidur. Mimpi itu tidak berarti apapun buatku, apalagi baginya. Mimpi bisa seaneh dan serandom itu terkadang. So yeah, let's move on! We create a new life and back to the reality.

Btw, hari dimana ia meneleponku yang sayangnya tidak kuangkat, at least gue udah tidur dong jam dua belas bok! Ia juga mem-follow Twitterku. Ya, karena aku tidak enak dong, masa mengabaikan yang dengan jelas-jelas ia menggunakan akunnya dengan nama lengkapnya itu, lalu dengan sesombong itu tidak ku-follback? Lagipula, akhir-akhir ini aku menggunakan akun Twitterku hanya untuk fangirling dan lebihnya banyak mengungkapkan hal-hal mengenai ketertarikanku pada film atau serial. Sekadar review singkat dan yeah tidak ada sesi curhat yang harus kututup-tutupi. 

Fyi, sejak Mei atau bulan setelahnya, aku rada lupa tepatnya kapan, aku sudah tidak menggunakan media sosial yang paling banyak digandrungi anak muda dan berbagai kalangan, apalagi anak-anak hits. Yap, Instagram. Aku sudah menghapus akun Instagramku dan hanya stay pada media sosial berupa Twitter. Dan bagiku, Twitter enought for me. Selama berbulan-bulan tidak pernah membuka Instagram bahkan memang aplikasi dan akunnya wong sudah enggak ada gimana mau buka? Aku merasa lebih baik. 

Twitter kujadikan tempatku melihat dan mengetahui berita serta mengisi hobi dan waktu luangku. Aku tidak perlu merasa insecure kala melihat media sosial berupa Instagram yang terpikirkan kala melihat orang lain dengan life style mereka yang tidak bisa kutiru dan kuselalu merasa down. Memang, aku jadi tidak bisa ikut membagikan hal-hal seru di Instagram mengenai buku atau film atau serial. But, i can share my thought about it in my Twitter

Back to cerita mengenainya. Beberapa hari lalu, tepat saat si dia meneleponku dan tidak terjawab olehku, aku menceritakan hal tersebut pada sahabat dekatku. Emang dasar sial curhat ke sahabat malah aku yang habis-habisan diledeki. Pokoknya ada deh satu cerita mengenai perasaanku kala itu dan kuungkapkan pada sahabatku, malah akhirnya aku menjadi bulan-bulanan kalimatku sendiri.

Sepertinya aku tahu, mengapa hal seremeh bahkan harusnya hal ini akan terdengar sangat memalukan tapi, dengan tidak tahu malunya aku tetap menuliskannya di sini. Dimana semua orang dapat membacanya. Kenyataannya adalah jauh di lubuk hatiku yang paling dalam dan terkecil aku sepertinya berharap kamu membaca tulisan ini dan mengetahui isi hatiku saat ini. Jadi, tolong, kalau kamu tidak pernah menyimpan perasaan apapun padaku lagi, please leave me alone. Biarkan aku dengan kehidupanku tanpa ada kamu di dalamnya. Aku rasa itu lebih baik. 

Comments