Berdialog (4)

Hai... Kalimat sapaan klise yang tetap kupakai walau mungkin yang membaca jengah. Ada seseorang yang mengakui padaku, ia beberapa kali mengunjungi blog ini dan membaca beberapa tulisanku. Iya, tulisan tidak berfaedah ini untuk pembacanya! Tujuan penulisan ini memang sekadar luapan isi hatiku aja. 

Entah mengapa rasanya kok jadi canggung ya untuk menulis kembali. Mengetahui ada orang yang memang benar-benar dengan sengaja menunggu isi curhatan dalam blog ini, membuatku merasa seakan-akan memang sedang sengaja menuliskan di sini untuk dibacanya. Padahal tujuanku ya bukan itu. 

Tapi, kembali kupikir ulang. Ini kan blogku, hakku untuk menulis apapun itu asalkan bukan untuk menaruh kiat-kiat hal-hal negatif di dalamnya. 

Semalam aku bermimpi. Apa kamu percaya arti mimpi? Kalau aku? Sulit untuk mengakui, terkadang aku percaya arti mimpi yang membekas sekali. Seperti mimpi sekitar dua atau setahun lalu, aku lupa tepatnya kapan. Karena mimpinya yang unik, seumur-umur aku baru pertama kalinya bermimpi tentang kehadiran babi. Iya, babi di dalam mimpiku. Aku gak mau menceritakan lebih detail tentang mimpi yang sudah berlalu itu—padahal lupa aja isi mimpinya—karena aku tidak ingin orang-orang ikut tahu makna mimpi itu. 

Pernahkah kamu bermimpi merasakan emosi yang sama saat setelah menonton sebuah film atau serial atau bahkan setelah membaca sebuah buku? Jadi, mimpi itulah yang terjadi padaku semalam. Aku tak tahu apakah memang efek dari menonton drama Korea berjudul Anna yang diperankan oleh Bae Suzy itu yang mempengaruhi isi mimpiku. Atau memang benar karena fakta psikologisku saja yang terlalu lelah. 

Aku bermimpi bertengkar dengan wajah yang seharusnya asing bagiku di dunia nyata. Tapi di mimpi tersebut, ceritanya ia adalah seseorang yang sangat akrab denganku. Konflik pun dimulai ketika dalam mimpiku, kami berseteru cukup hebat. Bahkan ia melakukan hal-hal yang membuatku merasa seperti jadi tokoh protagonis yang teraniaya dalam sinetron indosiar. Dan dirinya tentu aja jadi bawang merahnya—alias antagonis level dewa. 

Dalam mimpi itu, aku bahkan sampai menangis sesenggukan yang menyebabkan dada rasanya sesak. Saat aku terbangun pun, aku merasa seperti sedang menangis tertahan. 

Lalu, aku pastinya kepo dong dengan arti mimpi tersebut. Iya, aku cukup memercayai arti mimpi berdasarkan kisah Nabi Yusuf yang diceritakan bisa menafsirkan mimpi. Bukankah itu berarti, setiap mimpi selalu punya arti? Walaupun, tidak setiap mimpi akhirnya selalu kucari artinya. Hanya beberapa mimpi yang unik saja bagiku. Seperti mimpi babi dan mimpi menangis yang satu ini. 

Saat aku mencari di google makna mimpi menangis, ada beberapa artikel yang mengartikan dari sisi psikologi dan dari segi primbon. Berdasarkan salah satu artikel yang aku baca, mimpi itu memiliki berbagai makna. 

Pertama, mimpi itu bisa berarti adalah masa penyembuhan psikisku. Aku gak tahu apakah yang dimaksud memang psikisku sedang sangat terguncang beberapa hari ini atau beberapa tahun lalu kebelakang. 

Kedua, ini karena sifat tertutupku yang membuatku membatasi komunikasi pada banyak orang. Hal itu ternyata bisa memicu terjadi mimpi yang membuatku begitu emosional. Konteks emosional di sini bukan hanya tentang amarah ya. 

Ketiga, aku lupa. 

Bagiku, fakta seseorang bisa bermimpi karena kondisi psikologis dan hal apa saja yang ia pikirkan maupun lakukan sebelum tidur adalah benar adanya. Aku menyetujui hal itu. Seperti misalnya, aku pernah bermimpi menyeramkan karena dihantui sehabis menonton film horror atau membaca novel horror. Jadi, kalau ada kalimat mimpi kan cuma bunga tidur, jadi gak perlu dipikirkan sampai dipercayai. Ya, mungkin memang benar adanya, kalau konteksnya dalam mimpi tersebut kita bertemu orang yang sudah meninggal atau alien dan hal-hal tidak masuk akal lainnya. Tapi, balik lagi pada akhirnya diri sendirilah yang bisa menentukan mana mimpi yang hanya bunga tidur atau mimpi berdasarkan psikologi yang mempengaruhinya. 

Makanya suka ada kalimat, sebelum beranjak tidur tuh bayangin hal-hal yang positif biar bisa mimpi indah. Karena menurutku memang terkadang hal itu berpengaruh. Jadi, inti tulisan ini aku jadi sadar akibat aktivitas dan apa yang terjadi padaku hari itu, lalu aku menyempatkan menonton drama Korea Anna—yang udah nonton dramanya pasti tahu deh, kenapa hal itu bisa mempengaruhi—yang akhirnya membuatku bermimpi menangis sesenggukan dengan tertahan. 

Btw, ternyata aku jadi makin menyadari ajaibnya kegiatan menulis atau dalam hal ini mengevaluasi. Iya, kan dalam tulisan ini awalnya aku bingung dengan mimpiku. Tapi, setelah aku jabarkan panjang lebar, aku jadi bisa mengetahui akar dari mimpi tersebut. Jadi, tulisan terkadang bisa seberguna itu ya. 

Kalau kamu, pernah merasakan kejadian serupa? 

Comments