Ketika Crush Masa Lalu, Mengusik Kembali

"Hai, apa kabar?" 

Sebuah direct message yang kubaca, berasal dari seorang cowok yang dahulu pernah jadi crush-ku, masa kuliah. Tentu aja, tanpa sadar sudut bibirku mungkin berbentuk bulan sabit, kala kubuka isi pesan itu. Kalimat sapaan dan pertanyaan klise yang tidak pernah kupikirkan bisa seistimewa itu. 

Namun seketika aku harus kembali berpijak ke bumi. Menerima realita kenyataan, menyadarkan diri sendiri, doi sudah menikah! Jadi, buru-buru aku mengatur isi kepalaku. 'Pasti mau nanya sesuatu nih'—batinku. Benar aja, dia meminta nomor handphone-ku. Tanpa ada pikiran buruk apapun, karena kurasa kami pernah cukup dekat, jadi langsung kuberikan nomorku.

Belum sampai di situ, aku masih sempat dibuat mengerlingkan mata, tapi kesenangan, tapi sinis, duh gimana ya menjelaskannya. Singkatnya, kami beralih bertukar pesan melalui nomor WhatsApp. Hal pertama yang dia ucapkan,

"Nonton yuk!"

Sontak aku kehabisan kata-kata. Pikiranku sudah melanglang buana. Aku gak mau menyakiti hati wanita manapun. Bagaimanapun, aku penganut women support women. Jadi, sudah jelas kutolak. Langsung kualihkan, "Ajak istri lu lah, masa gua?!" Kalimatnya gak persis demikian, tapi kurang lebih seperti itu.

Tapi aku cukup bisa tenang, ternyata memang arahnya bukan ke sana kok. Aku paham betul kok, dia lelaki seperti apa. Walaupun tidak sampai pernah menjalin hubungan khusus dengannya, aku cukup paham wataknya. Dia menjelaskan, memberi alasan kenapa mengajakku hingga pergi menonton. 

Sebagai bocoran, dia kini kembali kuliah. Aku sih tidak tanya saat ini dia sudah semester berapa. Tapi, inti dari ajakannya adalah karena dia butuh bantuanku terkait perkuliahannya. Another TMI, dia memang crush-ku di masa kuliah yang akhirnya harus segera pupus karena kami memang hanya bertemu selama tiga semester perkuliahan. Dia tidak melanjutkan perkuliahannya kala itu.

Entah memang aku manusia super bodoh atau terlewat baik hati. Sudah tahu dimanfaatkan, aku tetap mengiyakan ajakannya. Tanpa ada maksud tertentu ya. Trust me, aku hanya senang ada teman lama yang kembali menjalin silaturahmi. Fun fact, kata itu juga yang dia ucapkan sebagai salah satu alibi mengajakku nonton. Agak aneh sih, tapi aku tidak mau ambil pusing juga.

Hanya aja, sulit kukatakan, sepertinya aku manusia penuh banyak harap. Sepertinya, pesan teks terakhir kali kami merujuk pada diriku yang terlalu excited di awal. Harus kukatakan kali ini aku memang benar bodoh. Hingga kejadian singkat ini terjadi dan aku punya tenaga untuk menuliskan tentang segala perasaanku di sini, bertanda hari ini cukup membekas dan menohok diriku. 

Karena tidak ada manusia yang bisa kupercayai untuk bisa kujadikan tempat curhat, di sinilah aku. Meluapkannya dalam bentuk tulisan.

Comments